Muhammad (bahasa Arab: محمد, juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan kadang-kadang oleh orientalisMahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir sekitar tahun 570, diperkirakan 20 April570 di Mekkah (atau "Makkah") dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100,
menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah
manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil
meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi.
Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi
bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan
pertempuran
Riwayat
Kelahiran
- Artikel utama untuk bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570
M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu
tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia,
jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[4], meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib,
ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor
unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman[3] yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke YatsribMadinah)
untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun
dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[2] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri SyamSuriah, Libanon dan Palestina). ( (
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M)
Masa remaja
Dalam
masa remajanya, diriwayatkan bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan
keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci
sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para
janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha
menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di
kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq (yang benar) dan Al-Amin (yang terpercaya). Ia senantiasa dipercayai sebagai penengah bagi dua pihak yang bertikai di kampung halamannya di Mekkah...
Kerasulan
Muhammad
dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan
kekerasan dan pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira', sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur
karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut.
Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah
supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya.
Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia
diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya
tetap sama.
Akhirnya, Jibril berkata:
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya."
Ini merupakan wahyu
pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun.
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23
tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan
Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran
(bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan
sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain.
Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri
melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan
nama As-Sunnah.
Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara
hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut
agama Islam.
Selama
tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada
teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya
dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta
golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zayd dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad.
Akibat
halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam
disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami
hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus,
raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya
dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri,
pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka'bah
yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Masyarakat jahiliyah Arab
dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan
mereka menjalankan berbagai tradisi
keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang
ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan
seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib
(dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui
Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah
secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah
untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam
Mekkah.
Tahun
berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke
Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya.
Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut
Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakatjahiliyah
Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang
untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah
berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah
pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian
dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat)
dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini
kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya
dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat
dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian
diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada
tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke
Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang
khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan,
dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad
menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia
menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan
ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah,
dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama
Islam di kota Mekkah.
Pernikahan
- Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pernikahan Muhammad
Selama
hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan
pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[5] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[6][7] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar,
dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total
sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal
Muhammad. Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito
berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk
memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan
penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah
karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[8]
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam
mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus
Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28),
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya
masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus
Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
sumber : ahbabulmusthofakudus.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar